DEV Community

Nandan Ramdani
Nandan Ramdani

Posted on

Memilih Database SQL, NoSQL, In-Memory, dan Analitik Sesuai Use Case

Dalam merancang sistem dengan trafik tinggi seperti e-commerce, tidak cukup hanya mengandalkan satu jenis database. Setiap tipe database punya kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga biasanya digunakan kombinasi (polyglot persistence). Mari kita bahas SQL, NoSQL, In-Memory, dan Analitik serta kapan masing-masing dipakai dengan contoh kasus nyata.


1. SQL (Relational Database)

Contoh: PostgreSQL, MySQL

Kegunaan utama:

  • Menyimpan data yang sangat terstruktur dan konsisten.
  • Cocok untuk transaksi (ACID).

Kasus nyata:

  • Order Management: menyimpan data pesanan, pembayaran, status pengiriman.
  • User Management: registrasi, login, role, otorisasi.
  • Inventory Management: stok barang, harga, supplier.

Kenapa: Transactional DB memastikan data konsisten dan integritas terjaga (misalnya stok barang tidak minus ketika ada dua user beli bersamaan).


2. NoSQL (Document, Key-Value, Wide Column)

Contoh: MongoDB (document), Cassandra (wide column), DynamoDB (key-value)

Kegunaan utama:

  • Data semi-terstruktur atau fleksibel.
  • Skala besar dengan schema dynamic.

Kasus nyata:

  • Product Catalog: menyimpan data produk dengan atribut yang bervariasi (warna, ukuran, spesifikasi teknis berbeda-beda).
  • Content-Based Recommendation: mencari produk mirip berdasarkan metadata (kategori, brand, fitur).
  • Session Storage: data sementara yang tidak terlalu butuh konsistensi kuat.

Kenapa: NoSQL fleksibel dan mudah diskalakan horizontal.


3. In-Memory Database / Cache

Contoh: Redis, Memcached

Kegunaan utama:

  • Akses data super cepat (dalam memori, bukan disk).
  • Menangani data yang sering dibaca berulang.

Kasus nyata:

  • Session Management: menyimpan session user yang tidak login.
  • Product View Counter: menghitung jumlah view/klik produk tanpa membebani DB utama.
  • Recommendation Cache: menyajikan rekomendasi produk yang sudah diproses agar cepat ditampilkan.

Kenapa: Latensi rendah, throughput tinggi. Cocok untuk data sementara atau hasil komputasi berat.


4. Analytical Database / OLAP

Contoh: ClickHouse, Elasticsearch, Druid, BigQuery

Kegunaan utama:

  • Analisis data skala besar.
  • Query agregasi, reporting, machine learning.

Kasus nyata:

  • User Journey Analytics: menghitung funnel dari view → add-to-cart → checkout.
  • Product Popularity: produk paling sering dilihat/dibeli.
  • Recommendation Model: collaborative filtering (produk yang sering dibeli bersamaan).
  • Dashboard Bisnis: performa penjualan harian, mingguan, bulanan.

Kenapa: Database ini didesain untuk ingest event cepat dan query analitik berat.


Kesimpulan

Setiap tipe database punya tempatnya:

  • SQL: transaksi, order, inventory, user.
  • NoSQL: katalog produk, metadata fleksibel, rekomendasi berbasis konten.
  • In-Memory: cache, counter, session, rekomendasi cepat.
  • Analytical DB: funnel analytics, popularitas, rekomendasi berbasis perilaku user.

Dalam real case e-commerce, semuanya saling melengkapi. Data transaksi disimpan di SQL, produk fleksibel di NoSQL, counter & session di Redis, lalu analitik besar dan rekomendasi di ClickHouse/Druid. Dengan arsitektur hybrid ini, sistem bisa tetap cepat, konsisten, dan scalable.

Top comments (0)